Halaman

Jumat, 20 Juli 2012

Kiat Menyambut Bulan Ramadhan

Bulan ramadhan merupakan tamu yang istimewa bagi kita. Tentu kita sebagai tuan rumah harus menyambut kedatangannya dengan suaka cita dan memuliakannya. Bagaimana caranya kita menyambut bulan ramadhan? Berikut adalah kiat-kiat untuk menyambut puasa ramadhan:
1.Niat sungguh-sungguh
Ketika Ramadhan menjelang banyak orang berbondong-bondong pergi ke pasar dan supermarket untuk persiapan berpuasa. Mereka juga mempersiapkan dan merencanakan anggaran pengeluaran anggaran untuk bulan tersebut. Tetapi sedikit dari mereka yang mempersiapkan hati dan niat untuk Ramadhan. Puluhan kali Ramadhan menghampiri seorang muslim tanpa meninggalkan pengaruh positif pada dirinya seakan-akan ibadah Ramadhan hanya sekedar ritual belaka, sekedar ajang untuk menggugurkan kewajiban tanpa menghayati dan meresapi esensi ibadah tersebut, jika Ramadhan berlalu ia kembali kepada kondisinya semula.
Tancapkanlah niat untuk menjadikan Ramadhan kali ini dan selanjutnya sebagai musim untuk menghasilkan berbagai macam kebaikan dan memetik pahala sebanyak-banyaknya. Anggaplah Ramadhan kali ini sebagai Ramadhan terakhir yang kita lalui karena kita tidak bisa menjamin kita akan bertemu Ramadhan di tahun-tahun berikutnya. Tanamkan tekad yang disertai dengan keikhlasan untuk konsisten dalam beramal saleh dan beribadah pada bulan Ramadhan ini. Ingat sabda Rasulullah Saw.: “Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan ikhlas maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu.”
2.Persiapan fisik dan jasmani
Menahan diri untuk tikak makan dan minum seharian penuh selama sebulan tentu memerlukan kekuatan fisik yang tidak sedikit, belum lagi kekuatan yang dibutuhkan untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan shalat tarawih dan shalat sunnah lainnya, ditambah kekuatan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an dan beri’tikaf selama sepuluh hari di akhir Ramadhan. Kesemua hal ini menuntut kita selalu dalam kondisi prima sehingga dapat memanfaatkan Ramadhan dengan optimal dan maksimal
3. Merancang agenda kegiatan
Untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan berharga yang bisa membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
4. Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan puasa dan ibadah Ramadhan lainnya.
Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. Disamping pengetahuan yang berkenaan dengan puasa, pengetahuan-pengetahuan lain yang berkaitan dengan Ramadhan juga perlu seperti anjuran-anjuran, prioritas-prioritas amal yang harus dilakukan dalam Ramadhan, dan lain-lain agar setiap muslim dapat mengoptimalkan bulan ini sebaik mungkin“Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.
5. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk.
Setiap manusia adalah pendosa dan sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat” demikian sabda Rasulullah Saw. seperti yang diwartakan Ahmad dan Ibnu Majah. 
Di antara karunia Allah adalah selalu mengulang-ulang kehadiran momen-momen Ramadhan adalah salah satu dari momen tersebut yang selalu datang setiap tahun. Ketika seorang hamba tenggelam dalam kelalaian karena harta benda, anak istri, dan perhiasan dunia lain yang membuat dia lupa kepada Rabbnya, terbius dengan godaan setan, dan terjatuh ke dalam berbagai macam bentuk maksiat datang bulan Ramadhan untuk mengingatkannya dari kelalaiannya, mengembalikannya kepada Rabbnya, dan mengajaknya kembali memperbaharui taubatnya. Ramadhan adalah bulan yang sangat layak untuk memperbarui taubat; karena di dalamnya dilipatgandakan kebaikan, dihapus dan diampuni dosa, dan diangkat derajat. Jika seorang hamba selalu dituntut untuk bertaubat setiap waktu, maka taubat pada bulan Ramadhan ini lebih dituntut lagi; karena Ramadhan adalah bulan mulia waktu dimana rahmat-rahmat Allah turun ke bumi. Marilah kita bertaubat! Karena tak satu pun dari kita yang bersih dari dosa dan bebas dari maksiat. Pintu taubat selalu terbuka dan Allah senang dan gembira dengan taubat hambanya. Taubat yang sungguh-sungguh atau taubat nasuha adalah dengan meninggalkan maksiat yang dilakukan, menyesali apa yang telah dilakukan, dan berjanji untuk tidak kembali mengulangi maksiat tersebut, dan jika dosa yang dilakukannya berkaitan dengan hak orang lain hendaknya meminta maaf dan kerelaan dari orang tersebut.

Kiat Sehat di Bulan Ramadhan

Ibadah puasa pada bulan Ramadhan menjadi kesempatan yang baik bagi kaum muslimin untuk meraih manfaat sebesar-besarnya, baik manfaat pahala ibadah maupun manfaat kesehatan. Masalahnya, pada bulan puasa biasanya munculnya kebiasaan-kebiasaan baru. Misalnya produktivitas kerja yang menurun dengan alasan badan lemas karena kurang makan, kebiasaan makan sahur yang banyak, makan berlebihan saat berbuka, kurangnya konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran serta tidur seharian tanpa berolahraga. Tanpa kita sadari hal-hal ini justru dapat menyebabkan berat badan yang terus meningkat dan kondisi tubuh menjadi kurang fit, sehingga mengurangi manfaat puasa untuk kesehatan kita.
Agar puasa dapat menyehatkan diperlukan strategi yang tepat. Siasat yang baik adalah dengan melakukan pengaturan pola makan dan minum, pengaturan aktivitas/olahraga, perhatian ekstra dan strategi khusus untuk penyakit/kondisi tertentu, serta persiapan mental.
Pengaturan makan dan minum
Walaupun tidak makan dan minum di siang hari, jumlah kalori, karbohidrat, dan asupan gizi lainnya harus tetap sama dengan saat kita tidak berpuasa. Fungsi zat gizi dalam tubuh adalah sebagai sumber energi (karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein) terutama untuk tumbuh kembang serta mengganti sel yang rusak dan sumber zat pengatur (vitamin dan mineral).
Sahur
Pengaturan makan dan minum pada saat puasa dimulai ketika sahur. Sahur menjadi penting karena pada saat sahur kita mempersiapkan makanan yang menjadi sumber energi selama puasa. Sahur dianjurkan dilakukan di akhir waktu. Makanan yang dikonsumsi saat sahur tidak hanya sekadar praktis, tapi juga makanan bergizi, yang mengandung lima unsur zat gizi yaitu: protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Selain itu, pada saat sahur perlu mengkonsumsi makanan yang berserat yakni sayuran dan buah untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan. Sebaiknya konsumsi air 8-10 gelas per hari termasuk susu, jus, dan kuah sup atau sayur agar tubuh kita tidak kekurangan cairan. Pembagiannya 5 gelas pada malam hari dan 3 gelas pada saat sahur. Setelah makan sahur dianjurkan tidak langsung tidur untuk memperlancar pencernaan.
Berbuka Puasa
Pada saat berbuka puasa sebaiknya dengan minuman yang manis dan hangat. Makan dilakukan secara bertahap dan tidak langsung makan dalam porsi yang besar dan terburu-buru. Bagi orang gemuk hindari berbuka puasa dengan makanan yang tinggi kolesterol dan kurangi makanan yang manis-manis. Sebaiknya lebih banyak konsumsi sayuran dan buah serta kurangi makanan yang digoreng. Bagi yang terlalu kurus perlu menambah porsi susu dan hindari makanan yang sulit dicerna seperti sayuran berserat kasar (daun singkong, daun pepaya). Bagi yang berusia lanjut makanlah dalam jumlah porsi kecil tapi sering. Setelah buka puasa sebaiknya tidak langsung tidur untuk memperlancar pencernaan.
Contoh Perencanaan Makan Selama Puasa 
Maghrib
10% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan kecil)
Sesudah Maghrib
25% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan utama)
Sesudah Tarawih
20% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan utama)
Sebelum tidur malam
10% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan kecil/susu/buah)
Sahur
25% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan utama)
Sebelum imsak
10% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan kecil/susu/buah)
Pengaturan Aktivitas/olahraga
Berpuasa tidak berarti mengurangi aktivitas atau kerja. Kita dapat terus berolahraga dengan memperhatikan waktu berolahraga yang tepat. Pada saat puasa tidak dianjurkan melakukan aktivitas/olahraga berat. Sebaiknya olahraga dilakukan menjelang berbuka puasa atau pada malam hari. Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga ringan seperti jalan kaki, senam, lari kecil. Shalat tarawih pun dapat dijadikan aktivitas untuk menjaga kebugaran tubuh.
Perhatian ekstra dan strategi khusus untuk penyakit/kondisi tertentu
1. Penyakit lambung
Pada pasien yang memiliki penyakit pada lambung yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung, stres dan makan tidak teratur umumnya boleh berpuasa. Namun bila penyakit pada lambung disebabkan karena adanya luka (ulkus) pada lambung umumnya tidak dianjurkan berpuasa. Makanan yang perlu dihindari antara lain:
  • Banyak mengandung gas dan tinggi serat (sawi, kol, nangka, pisang, kedondong, buah yang dikeringkan, minuman bersoda)
  • Merangsang pengeluaran asam lambung (kopi, sari buah sitrus, susu)
  • Merusak dinding lambung (cuka, pedas, merica, dan bumbu yang merangsang)
  • Sulit dicerna (makanan berlemak, kue tart, coklat dan keju)
2. Penyandang diabetes (Diabetesi)
Penyandang diabetes atau diabetisi yang ingin berpuasa sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Secara umum diabetesi boleh berpuasa bila:
  1. Keadaan gula darahnya terkontrol (gula darah puasanya 80-126 mg/dl, 2 jam setelah makan 80-180 mg/dl).
  2. Bila menggunakan insulin tidak lebih dari dua kali sehari
  3. Mempunyai fungsi hati/liver dan ginjal yang baik
  4. Tak ada gangguan pembuluh darah otak yang berat
  5. Tak ada kelainan pembuluh darah jantung
  6. Cadangan lemak tubuh cukup
  7. Tak ada kelainan hormonal lain
  8. Tidak mengalami demam tinggi.
Pengaturan makan pada saat puasa untuk diabetisi tidak berbeda dengan jumlah asupan kalori dari makanan bila tidak puasa. Hanya saja diperlukan pengaturan dan distribusi makanan serta obat-obatan yang perlu dikonsultasikan dengan dokter.
3. Ibu hamil dan menyusui
Untuk ibu hamil diperbolehkan puasa apabila kuat dan tidak merasakan keluhan seperti pusing, gemetar, mual berlebihan, serta tidak termasuk kehamilan berisiko tinggi. Ibu hamil juga sebaiknya tidak memaksakan berpuasa jika membahayakan diri sendiri dan janin. Jenis dan jumlah makanan yang dibutuhkan pada waktu puasa sama seperti bila tidak puasa.
Sebagian besar ibu menyusui tidak kuat berpuasa karena mengeluarkan ASI, karena pengeluaran ASI bisa memberikan dampak lemas dan mudah lapar. Sebaiknya tidak memaksakan diri untuk puasa bila tidak kuat, karena bukan tindakan bijaksana bagi seorang ibu menyusui memaksakan diri menjalankan puasa tapi mengganti ASI dengan susu kaleng untuk sang anak.
Persiapan mental
Menghadapi puasa di bulan Ramadhan diperlukan persiapan mental, di antaranya niat dan motivasi kuat yang juga mempengaruhi kesiapan fisik. Puasa dengan niat ibadah yang ikhlas dan tenang, diiringi dengan kesabaran dapat menghindarkan stress, dan terbukti bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Dengan persiapan yang baik, kita dapat melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan dengan khusyuk dan optimal, meraih manfaat pahala ibadah dan meningkatkan kesehatan.

Senin, 16 Juli 2012

Teruslah Bergerak Ikhwah Fillah!

Dakwah ini adalah perjuangan. Sudah sunnatullah, dalam perjuangan ada kalanya menemui kemudahan, namun ada kalanya menemui kesulitan. Lalu jika menemui kesulitan, maka timbullah rasa sedih, risau, bimbang, atau perasaan kecewa lainnya. Ini manusiawi. Tapi mari kita berusaha menjadi manusia Rabbani, yang selalu mengajarkan Al Kitab dan tetap mempelajarinya. Dalam Al-Qur’an surat Alam Nasyrah ayat 1-4 disiratkan bahwa sejak menempuh jalan dakwah ini Allah SWT telah melapangkan dada kita, telah menghilangkan beban yang memberatkan punggung, dan meninggikan nama kita dengan Islam.
Namun jalan dakwah ini memang sulit, jalan yang panjang, tidak mudah, sehingga tidak semua orang lulus ujian dalam menempuhnya. Untuk itu Allah SWT telah berjanji bahwa sesudah kesulitan ada kemudahan. Bahkan janji ini disebut dua kali berturut-turut dalam surat Alam Nasyrah. Barangkali karena kondisi sulit sering membuat kita lupa akan janji Allah itu, sehingga Allah SWT menyebut janji tersebut dua kali berturut-turut.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٥﴾ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٦﴾
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan…” (QS. Alam Nasyrah: 5-6)
Bagaimana mungkin kemudahan diraih setelah kesulitan demi kesulitan kita hadapi? Allah SWT menyebutkan kunci rahasianya. Rahasianya adalah dengan “terus bekerja”, ya, terus bekerja. Lihat saja lanjutan surat Alam Nasyrah tersebut,
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ ﴿٧﴾
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain…” (QS. Alam Nasyrah: 7)
Ini artinya bekerja secara kontinyu, tidak kenal kata henti, walau kesulitan yang dihadapi. Dan tidak hanya terus bekerja, tapi juga bekerja dengan sungguh-sungguh, bukan bekerja asal-asalan. Subhanallah, ini rahasianya.
Maka tidak heran dalam surat At Taubah Allah SWT juga berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٠٥﴾
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”" (QS. At Taubah: 105)
Lalu syarat sukses dalam bekerja adalah kelapangan dada. Itulah sebabnya mengapa Allah SWT mengawali surat Alam Nasyrah dengan kelapangan dada di ayat 1:
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ﴿١﴾
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” (QS. Alam Nasyrah: 1)
Jadi, apabila dada terasa sempit karena kesulitan yang sedang dihadapi, berdoalah seperti nabi Musa,
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي ﴿٢٥﴾ وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي ﴿٢٦﴾
“…Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku” (QS. Thahaa: 25-26).
Satu lagi kunci rahasia yang amat sangat penting, yaitu,
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب ﴿٨﴾
“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Alam Nasyrah: 8)
Karena pertolongan dan kemenangan itu datangnya dari Allah SWT.
Inilah rahasia-rahasianya, kelapangan dada, terus bekerja, dan pengharapan selalu kepada Allah Azza Wa Jalla. Inilah jalan yang pernah ditempuh Rasulullah SAW tauladan kita. Jadi tidak kenal kata henti dalam kamus kita, tidak ada waktu istirahat hingga ajal tiba, terus bergerak ikhwah fillah di manapun berada!

Minggu, 15 Juli 2012

Sebab Hidup tak Mengenal Siaran Tunda

Saudaraku, hidup ini hanya sekali. Maka, buatlah yang sekali itu menjadi “sesuatu”. Waktu dan umur yang kita lewati, sekali berlalu, tak pernah kembali. Ia pergi dengan segenap catatan yang menggoresnya. Berbuatlah dalam kebajikan, sekecil apapun! Semoga kebaikan yang kecil itu menambah berat amal timbangan kebaikan kita di akhirat kelak.
Sebab hidup tak mengenal siaran tunda, maka bekerjalah dalam kesungguhan dan keikhlasan. Sekali waktu yang telah berlalu tak akan pernah kembali. Setiap detik yang bergeser dari jam tangan kita telah menjadi sesuatu yang lampau. Ia pergi dan kita masih di sini, dengan sejuta persoalan yang membelenggu diri kita. Seorang penyair sufi berkata,
ما من يوم ينشق فجره إلا وينادى “يا ابن آدم أنا خلق جديد وعلى عملك شهيد، فتزود منى فإنى إذا مضيت لا أعود الى يوم القيامة
Tidaklah fajar hari ini terbit, kecuali ia akan memanggil, “Wahai anak Adam, aku adalah ciptaan yang baru dan aku akan menjadi saksi atas setiap pekerjaanmu, maka mintalah bekal kepadaku. Karena bila aku telah berlalu, aku tak akan kembali hingga hari kiamat tiba.”
Seringkali, kita berkeluh kesah dalam hidup ini. Padahal, keluh kesah kita tak menyelesaikan persoalan sedikitpun.
Pada tulisan singkat ini, saya ingin kita bertafakur sejenak. Merenung dalam pemahaman yang sama, apa saja yang sudah kita khidmatkan dalam hidup kita ini. Bersegeralah! Sebab, hidup tak mengenal siaran tunda.
Seringlah merenung
Saudaraku, merenunglah sejenak. Kata orang bijak, bertafakur satu jam lebih baik dari pada bekerja sepuluh jam tanpa tahu makna dan arti. Lihatlah sekelilingmu, segera setelah itu pasti engkau akan bersyukur. Lihatlah bagaimana Allah menciptakanmu dengan penuh kesempurnaan. Lihatlah bagaimana Allah memberimu begitu banyak nikmat,
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (٣٤)
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS Ibrahim: 34)
Dengan bertafakur tadi, tersadarlah bahwa – alhamdulillah – kita diciptakan sempurna. Tak kurang suatu apa.
Yang telah berlalu, biarlah ia pergi bersama waktu.
Suka atau tidak, setiap kita punya kenangan dengan masa lalu. Berapa banyak di antara kita yang asyik menggapai masa lalu, padahal ia telah menjadi arsip sejarah. Masa lalu adalah periode yang tak mungkin kita kembali ke padanya. Yang telah berlalu, biarlah ia pergi bersama waktu. Cukup jadikan ia sebagai pelajaran untuk masa yang akan datang.
Masa lalu adalah kenangan, ia tak mungkin kembali. Jika Anda seorang jenderal namun sudah pension, tetaplah Anda pensiunan. Tak ada lagi tongkat komando, tak ada pula ajudan dan pengawal.
Masa lalu adalah cermin untuk kita belajar. Tak lebih dan tak kurang. Sebab hidup tak mengenal siaran tunda, belajarlah dari para penguasa yang telah berlalu dalam kelalimannya. Mereka memupuk harta, saat mati tak membawanya sedikitpun ke alam baka. Penyair Arab menulis:
   أين الملوكُ الماضيةُ تركوا المنازلَ خاليةً جمعوا الكنوزَ بجَدِّهم تركُوا الكنوزَ كما هِيَ فانظرْ إليهِم هل تَرَى في دارِهِمْ من باقيةٍ إلا قبورًا دارساتٍ فيها عظامٌ باليةٌ
Mana para raja zaman dahulu ***
Tinggalkan istana-istana yang sepi
Mengumpulkan harta dengan segenap kesungguhan ***
Harta-harta itu ternyata tetap apa adanya
Carilah mereka, apakah engkau dapati mereka ***
di rumah-rumah mereka 
Tidak, kecuali tulang belulang yang telah usang.
Warnailah hari-harimu
Saudaraku, sebab hidup tak mengenal siaran tunda, maka warnailah hari-harimu. Jadikan ia merah, kuning, biru, coklat, ungu, putih dan jingga dalam aktivitas keseharianmu. Cerialah, sebab – kata Rasulullah SAW – senyummu untuk saudaramu bernilai sedekah. Kebahagiaan tak dapat kau beli dengan uang, tapi ia dapat kau ciptakan dengan mensyukuri setiap keadaan.
Sebab hidup tak mengenal siaran tunda, bersegeralah mewarnai bintang kebaikanmu. Segera tunaikan shalat sesaat setelah adzan berkumandang. Itulah bintang kebaikanmu hari ini. Warnai pula silaturahim dengan sahabat, handai dan taulan. Mereka yang rajin bersilaturahim, niscaya dipanjangkan umur dan kesempatannya. Bersedekahlah, walaupun kau dalam keadaan susah!
Warnai pula bintang kebaikanmu dengan menjenguk tetangga yang sakit, saudara yang malang, dan tetangga yang mengundang. Hak-hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah enam: Berjumpa, ucapkan salam. Mengundang, penuhi jemputannya itu. Perlu nasihat, kirimi SMS “Bro, shalat yuk”. Bersin, ucapkan “semoga Allah menyayangimu.” Sakit? Kunjungi dan – jika mati – antarkan hingga ke kuburannya.
Berharap Terima Kasih? Ke laut aja luh.
Saudaraku, sebab hidup tak mengenal siaran tunda, tak usahlah Anda berharap terima kasih dari setiap kebaikan yang Anda lakukan. “Terima kasih?” “Ke laut aja luh”. Apalah artinya pujian manusia, jika ia akan merusak nilai kebaikan kita di hadapan Tuhan. Bukankah Fatimah, putri Rasulullah SAW tercinta, jatuh sakit akibat tak makan tiga hari sebab seluruh persediaan makanannya telah ia hadiahkan kepada para fakir miskin, janda tua-renta dan mereka yang baru saja dibebaskan dari tahanan  Rasulullah SAW mencari-carinya sebab Fatimah yang biasa rajin berkunjung, kok tiba-tiba absen sekian hari. Allah SWT lalu mengabadikan perjuangan Fatimah (dan suaminya, Ali bin Abi Thalib) dengan menurunkan firman-Nya
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS al-Insan: 8-9)
Saudaraku, jangan karena berharap terima kasih, kita tak bergegas dalam amal-amal kebaikan. Biarkanlah ia dilupakan manusia, disembunyikan sejarah, ditutupi keangkuhan kehidupan dunia, namun – satu hal yang pasti – ia bernilai di hadapan Dzat yang memiliki segala kemampuan membalas perbuatan kebaikan.
Di balik setiap kesulitan pasti ada berjuta kemudahan
Saudaraku, sebab hidup tak mengenal siaran tunda, maka yakinlah dibalik satu kesulitan ada sejuta kemudahan di baliknya. Tak percaya? Bukankah hal itu dijanjikan oleh Dzat yang menggenggam seluruh janji manusia.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyiraah: 6-8)
Pada ayat ini, Allah menyebut kesulitan dengan memberikan sisipan huruf “alif dan lam” yang dalam kaidah bahasa Arab berarti “ma’rifah” atau “tunggal”. Tetapi, kata kemudahan tidak disisipi huruf yang sama. Menandakan apa? Bahwa pada satu kesulitan, ada berjuta kemudahan di depanmu.
Saudaraku, sebab hidup tak mengenal siaran tunda, maka mari berharap dari satu kesulitan hidup kita, ada sejuta tawaran kebaikan di depannya.
Semoga catatan kecil ini bermanfaat.  Salam takzim.
Assalamu'alaikum.. selamat datang di blog LDK Baabussalam UNTIRTA kawan :)